Thursday, August 14, 2014

All the way to Tanjung Bira ..

 Tanjung Bira with kids and friends, 

Bira beach - bara beach - Pulau Lihukang - Pulau Kambing - Apparalang 





Agustus 2014.  Di bulan kemerdekaan Indonesia ini, saya berkesempatan memerdekakan pikiran lagi dengan berkunjung ke bagian Sulawesi yang indah. *Alhamdulillah..*

Tanjung Bira.  I admit, is one of the best beach in Sulawesi, with spectacular view. Certainly one of the memorable places. Perjalanan udara dan perjalanan darat yang cukup memakan waktu jadi sangat worth-it  saat sudah menginjakkan kaki disini. Tidak heran pantai ini jadi serbuan turis baik lokal maupun mancanegara. 

Saat pertama datang sebenernya dahi saya berkerut kayak kornet di indomie spesial, "pantai ini kok ramee banget, apa ya yang dilihat selain lautan manusia?" Tapi setelah berjalan cukup jauh dan menemukan satu spot indah, saya mengakui tempat ini punya pemandangan surga.  Pantainya putih, empuk, bersih, dengan pemandangan warna laut bergradasi biru muda hingga biru tua dan.. the best part is.. gak ramai. *hehee*

So.. How to get here ? ( Tanjung Bira beach )


Untuk menuju Tanjung Bira, menurut saya transportasi ternyaman itu ya rental mobil (+ supir) dari Makassar.  Oiya, kalau tidak berasal dari Pulau Sulawesi, menuju Tanjung Bira ini harus terbang dulu ke Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, ya :) Sedangkan kalau datangnya dari Sulawesi bagian atas (barat/tengah), ke Tanjung Bira bisa lewat Bone, jadi ga harus dari Makassar. Nah, dari Makassar menuju Tanjung Bira kita harus menempuh perjalanan darat sekitar 4,5 jam.  Saat ini jalanannya sudah mulus, hanya pada saat Agusutus 2014 ini saya kesana ada satu bagian jalan di salah satu kabupaten (sekitar beberapa ratus meter) yang masih dalam perbaikan, jadi harus bergiliran jalannya. Semoga sih dalam waktu dekat sudah mulus bablas jalannya :)

Selain rental / sewa mobil, ada travel dari Makassar ke Tanjung Bira 2x sehari dari terminal, jam satu siang dan satunya sore *maaff lupa jamnyaa*, satu cara lagi menuju Tanjung Bira adalah menggunakan bis dari Makassar menuju Pulau Selayar dan turun di pelabuhan Bira, dari situ bisa jalan (ya agak lumayan kalau jalan), atau naik angkutan umum.Untuk mengetahui no kontak tourist guide disana yang bisa atur transportasi, bisa langsung PM saya yaa :))
Sama seperti daerah wisata pantai lainnya, untuk masuk kawasan wisata Bira ini baik kendaraan maupun orang dikenakan biaya masuk yang cukup terjangkau, yaitu sebesar Rp 3000,- untuk anak, Rp 10.000, untuk dewasa dan Rp 20.000,- untuk turis asing.  Untuk biaya kendaraan, sepeda motor dikenakan biaya Rp 5000,- mobil Rp 10.000,- dan bus Rp 25.000,-.


 When *Not* to go to Tanjung Bira?
Kata tour guide kami, the best time to came here is between May-June .  When not to go to Tanjung Bira : Eid Mubarak holiday (one - two weeks after Eid Mubarak), Christmas- New year holiday, karena rame banget turis lokalnya, bisa sampai ribuan orang dan bisa sampai nginep di penduduk lokal karena ga dapet penginapan ( well, kecuali kalau memang suasa rame itu yang dicari, ya).
Dan kalau menurut saya, pergi ke Bira di hari week-days juga jauh lebih enak dibandingkan Sabtu-Minggu, karena Bira ini juga tempat berlibur weekend untuk warga sana sendiri. 


Where to Stay in Tanjung Bira ?

Di Bira ada banyaakk penginapan, dari harga terjangkau sampai yang yaa.. lumayanlah harganya hehe.
kemaren seorang kawan saya menginap di bungalow belakang tourist information, Bira, dengan harga 200 ribu per malam (tanpa AC, sudah ada tv) dan 300 ribu per malam dengan AC & TV.

Nah saat kesana penginapan pilihan saya di Bira jatuh pada Amatoa Resort atau resort resort di sepanjang Barra beach.  Bedanya Amatoa dan resort-resort sekitar Pantai Barra adalah view-nya, kalau di Amatoa viewnya tebing di Pantai Barra viewnya pasir putih empuk, tp resort amatoa punya swimming pool sendiri. :) resort -resort di pantai Barra ini skrg sudah banyak, ada Cosmos bungalow (tertinggi nilainya di booking.com , rate sekitar 400rb/malam), ada Mangga Lodge, ada Patma Bira dan ada barra beach bungalow (tapi kali kedua saya ke Bira dan akhirnya nginep sini agak mengecewakan jdnya ya saya ga review resortnya ya)  Oiya ada satu bungalow lagi namanya Kaluku kafe, tapi belum ada kolam renangnya. 
Untuk menuju Barra beach dari pusat pantai Bira memang agak jauh kalau jalan kaki (1,5 km) jd mending naik kendaraan, tapi sebenernya resort2 disini lebih child - friendly daripada Amatoa karena bukan tebing , dan pantainya bersiihh dan bagus, harganyapun masih dibawah Amat*a :3
 This is the view you can get from Barra Beach  :


                                                                         Heaven

Akhirnya kami menginap di Amatoa Resort.  resort milik seorang warga Italia ini sebetulnya hanya terdiri dari enam kamar. Rate Amatoa resort ini waktu saya kesana sekitar 1,75 mio IDR (mungkin tentatif, sesuai weekday - weekend dan high/low season) . Disini tersedia AC dan kulkas kecil di dalam kamar tapi no television yaa :) so memang sesungguhnya ini lebih cocok buat pasangan, atau yang mau sendirian hehe.. tapi hotel dengan view seindah ini si saran saya lebih baik dishare dengan orang tercinta *eeaaa sotoy* disini ada restoran juga, jadi bisa makan di resort kalau malas cari makan. Nah, disini kebetulan saya dapet satu satunya kamar yang kamar mandinya terbuka dan nemu...hewan yang sebenernya belum pernah saya temukan selama traveling with kids , *agak horor sebenernya bagian ini, tapi kalo diinget inget lagi lucu dan seru sih* :)) jadi.. pilih kamar yang kamar mandinya nutup ajalah ..hahah :D

So this is the view you can get from Amatoa Resort :



                                                                 the famous stairs :))

                                      The breathtaking view from Amatoa Swimming pool

                                                                 Amatoa restaurant, Bira

Restaurants in Tanjung Bira

So, kalau mau international food, kamu bisa ke Amatoa restaurant ini, ga usah tamu hotelpun bisa makan disini, cuma agak pricey ya dan agak lama.

View dari Amatoa Restaurant (Okt 2015, updated) 

 oiya TIPS : Hampir semua Restoran di Tanjung Bira ini lamaa yaa pesennya heheehee jadi harap sabar, atau kalau engga ya pesen dulu terus sambil melakukan kegiatan lain dulu.. karna waktu itu aja saya sampe ngitungin berapa lama makanannya keluar di suatu restoran, jadi saat ada festival Phinisi disana : dari mulai pesan - saya ikut joged terrajana dulu - dan empat lagu dangdut kemudian baru makanannya keluar hahahhha...
Di Barra beach bungalow juga ada restoran.. tapi katanya waktu itu kokinya juga cuma satu jadi agak lama.. kemudian yang lumayan enak , ada makanan Indonesia, maupun international dengan harga lumayan terjangkau itu di Bira Beach Hotel restaurant :) Ada satu resto berbentuk kapal phinisi namanya Anda beach hotel (ada restaurant juga) tapi saya ga rekomendasikan since sudah jalan jauh kesana buat makan tapi ditolak dengan tidak ramah karna lagi ada yang bikin acara disitu.. *sensi* hahah pokonya satu TIPS lagi kalau soal service disini yaahhh... Sabar sabar aja dehh namanya juga mau liat pantainya haha

What to do in Tanjung Bira

Saat di pantai Tanjung Bira, kita bisa main banana boat , atau menyebrang ke Pulau Lihukang yang ada penangkaran penyunya (saat kesana ada 14 penyu) dan ke Pulau Kambing untuk snorkeling dan diving. Yang lucu, ternyata orang disini biasa main banana boat nyebrang pulau dari Bira menuju Pulau Lihukang :))  Untuk snorkeling, bisa bawa perlengkapan sendiri, tapi disinipun juga disewakan dengan harga 50 rb IDR satu setnya (snorkel-mask-fin).  Untuk yang mau diving di Bira juga ada Bira Dive centre.  Untuk menyebrang ke pulau Lihukang kita bisa menyewa kapal dengan harga sekitar 300 rb untuk ke Pulau Lihukang dan 400-500 rb ke Pulau Kambing tergantung nego hehe.. Kalau bawa anak, anak bisa main sand castle tapi perlengkapannya bawa sendiri ya karna saya ga liat ada yang jual mainan bucket -spade untuk sand castle disini, yang ada jualan mainan lain dan balon balon :))


Pulau Lihukang

di Pulau Lihukang ini sudah ada resto, bisa beli indomie sampai ikan bakar dan coconut, ada tempat bilas dan mandi juga, tapi semua pelengkapan mandinya bawa sendiri ya :))


View from Pulau Lihukang :

                                        Guilty pleasure : selalu beli indomie di tiap pantai bagus :))
        Maybe, that's heaven feels like *eeaaak* *orang indonesia asli heaven aja harus ada indomie :))*

View underwater Lihukang Island (Pulau Lihukang) :



Di Pulau Lihukang bisa dilihat konservasi penyu,penyunya penyu yang sudah besar tapi waktu itu saya lihat beberapa penyu tampak agak loyo :( oiya saat saya snorkeling di Pulau Lihukang arusnya sedang deras, disini bisa lihat terumbu karang acropora & karang meja, serta ikan ikan seperti butterfly fish dan Moorish idol, tapi karna arus sedang besar sayangnya lagi ga bisa dapet foto jernih, dan somehow (kalau sudah pernah snorkling dimanagitu) ikannya juga ragam warna-warninya tidak terlalu meriah ya.. Kalau mau lihat ikan yang lebih warna warni, bisa ke pulau sebelahnya yaitu Pulau Kambing. 

                                            Snorkeling time ! *dadah dadah pake snorkel*

Pulau Kambing 

Kedua kalinya ke Bira baru saya bisa melihat Pulau Kambing dengan leluasa, baik underwaternya maupun dari atas pulaunya. Kenapa dinamakan Pulau Kambing? Karena banyak kambing dri Bira dilepas disini untuk makan jadi disini literally banyak *maaf* tahi kambing juga :))) disini juga Sebagian pulaunya terdiri dari karang agak tajam jd harus hati hati ya kalau mau memanjatnya :) karna tekstur pulaunya, makanya disini ga ada yg jualan kayak di Pulau Lihukang ya :))  tapi view dari Pulau Kambing memang  Subhanallah 





View dari Pulau Kambing 

Satu lagi please please please kalo sempet liat view pulau kambing dari atas jangan buang sampah sembarangan ya, kalau perlu bawa plastik besar buat ngambilin sampah2 yg mulai ada, walaupun ga banyak si sampah di Pulau ini. Underwaternya juga baguss, Harus kesini liat sendiri biar ga penasaran ya ;)

Apparalang 

Letak apparalang ini di Bulukumba juga tapi sebelum Bira Beach kalau kita dari arah Makassar . Belok kiri dari jalan utama dan masih sekitar 4 km lagi dari penunjuk  jalan di jalan utama itu, daan penunjuknya juga agak agak kurang gede jd mesti jeli lihatnya ya :3 

Untuk masuk kesini dikenakan biaya 20rb untuk mobil dan 5rb untuk motor. Apparalang ini pemandangan tebing indah yang gak kalah sama Uluwatu, karna terlihat jelas gradasi biru lautnya :') oiya disini bukan tempat buat berenang jg krn tebing dan ombaknya lumayan besar. Tapi pemandangannya emang worth it dengan perjalanannya : 





Bagus ya :')



                       My girls. cari kerang dan bikin sand castle di Pulau Lihukang

Selain ke Pulau Lihukang, Pulau Kambing dan ke Apparalang, di Bira juga harus liat pembuatan kapal Phinisi ya, semuanya terletak di komplek wisata Bira ini.  Selain itu, kalau sempat ke hutannya juga bisa lihat monyet katanya, tapi saya juga belum sempet kesana..hehehe :)


So..sementara itu dulu laporan pandangan mata dari Bira..  selamat menikmati salah satu surga Sulawesi Selatan, guys ! ;)



                                       Bubbles from my daughter... see you oom and tante!




Sunday, August 3, 2014

Berkunjung ke Museum La Galigo , Fort Rotterdam, Makassar

Museum La Galigo, Fort Rotterdam

Study history, study history.
In history lies all the secrets of statecraft. -Winston Churchill



Libur lebaran kali ini, kami sekeluarga berkesempatan untuk pergi ke Makassar dan mengunjungi Museum La Galigo yang terletak di dalam benteng Fort Rotterdam.  Benteng yang luasnya 2,3 hektar ini sudah dibangun dari tahun 1545 dan merupakan peninggalan kerajaan Gowa. Yang unik dari benteng ini bentuknya menyerupai bentuk kura-kura, dan ternyata bentuk ini memiliki filosofi bahwa kura-kura mampu bertahan di daratan maupun di lautan *love this philoshopy* :)  Ini foto maket Benteng Fort Rotterdam :




Jadi, apa yang bisa kita * dan anak - anak * dapati di Museum ini?
*Almost* everything you need to know about South Sulawesi history is in this museum.

Jadi di dalam benteng ini terdapat beberapa bangunan, bangunan untuk museumnya itu sendiri hanya ada dua di sebelah barat dan timur, dan bangunan selebihnya merupakan kantor arkeologi.
Untuk memasuki benteng Fort Rotterdam ini sebenarnya tidak dipungut biaya, tetapi untuk memasuki museum La Galigo, dipungut biaya yang cukup ramah kantong, yaitu Rp 5000,- untuk orang dewasa, Rp 3000,- untuk anak-anak dan Rp 10.000,- untuk turis asing.

Oke, kita mulai dari bagian mengenai asal muasal Kerajaan Gowa,ya. Di bagian ini terdapat cerita mengenai asal muasal Raja Gowa yang pertama, yang diyakini turun dari langit dan dinamakan To Manurung (To : orang, Manurung : turun dari langit). Kemudian, kita juga bisa mendapati silsilah kerajaan Gowa, yang termasuk di dalamnya adalah salah satu pahlawan yang paling dikenal dari Sulawesi Selatan, yaitu Sultan Hasanuddin.  Beberapa peninggalan sejarah dapat kita lihat juga di bagian ini, seperti aksara Bugis, peninggalan asal muasalnya Islam masuk ke Sulawesi, seperti Al-Qur'an yang sudah berusia lebih dari dua ratus tahun, piring-piring bertuliskan bahasa Arab dan pakain saudagar Arab sebagai orang-orang yang diyakini pertama kali mengenalkan Islam ke Sulawesi. 


                                      (Lukisan turunnya To Manurung sebagai asal muasal Kerajaan Gowa)


                                                                                           
                                                         (Foto Aksara Bugis )

                                                       (Foto mahkota Raja Gowa)


Budaya Bugis

Selanjutnya, di museum ini kita juga diberikan informasi mengenai budaya Bugis dan awal budaya Bugis, dari baju adat, senjata, sampai singgasana perkawinan bisa kita lihat disini.

Ini foto mengenai upacara khitanan / sunat di adat Bugis (dahulu).
Jadi di adat Bugis dahulu, untuk anak-anak berumur satu sampai lima tahun , khususnya anak perempuan, sehari-hari mengenakan karawel dan jempang (bahan dari perak dan emas yang berfungsi sebagai hiasan dada dan penutup kemaluan).  Pada saat mereka berumur 5 sampai 13 tahun, biasanya dilakukan upacara sunatan untuk anak laki-laki dan Makatte atau khitanan bagi anak perempuan.Pada saat itu untuk pertama kalinya anak-anak perempuan memakai pakaian addat baju bodo, biasanya dipakai bersusun, yang terdiri dari 3,5, sampai 7 susun, berdasarkan strata sosial.  Upacara adat ini dikenal dengan nama upacara Mappalai Waju.  


Yang menarik dari sini baru saya ketahui bahwa ternyata dulu, selain banyaknya susunan, arti dari warna baju bodo yang dikenakan itu beda - beda, lo :)
kalau baju bodo berwarna merah berarti untuk gadis, warna pink untuk sudah menikah, warna kuning untuk janda, warna hijau/biru untuk putri dan warna gelap untuk wanita yang sudah tua/ berumur. (oke ini berdasarkan info guidenya)

(Foto senjata khas Bugis, Badik)




(Seperti masyarakat Cina yang mengenal hari baik dan masyarakat Jawa yang mengenal primbon, masyarakat Bugis juga mengenal hari baik untuk melakukan aktivitas tertentu)


(Singgasana perkawinan adat Bugis, berdasarkan informasi dari guide, masyarakat Bugis mengeluarkan uang paling banyak saat menikahkan anaknya, berbeda dengan masyarakat Toraja yang mengeluarkan uang paling banyak pada saat upacara kematian)


Di bagian museum sebelah timur dari pintu masuk, kita bisa mendapati informasi zaman prasejarah hingga zaman sejarah, dari zaman gua, berburu, bercocok tanam hingga berlayar. Disini juga terdapat maket-maket kapal pinisi, sebagai salah satu icon kebanggaan masyarakat Bugis, yang terkenal dengan pelautnya yang tangguh.








Oiya, diluar museum bagian timur ini tersedia tempat penjualan suvenir dan buku-buku sejarah Sulawesi Selatan kalau berminat :)
Tips kalau bawa anak kecil kesini, datangnya mending pas agak sore, jadi tidak terlalu panas dan anak - anak bisa main di halamannya yang cukup luas, :)

Ini foto bangunan dan taman di benteng Fort Rotterdam :


                                                    (My Keisha di benteng Fort Rotterdam)




                                                 (Nayla and papa di meriam Fort Rotterdam)

                                                             (Taman di Fort Rotterdam)


So, sekian dulu jalan-jalannya ke museum kali ini, kalau bisa kasih masukan untuk managementnya, selain mungkin lebih baik kalau ada guide resminya langsung dari sini, bisa lebih bagus lagi kalau di barang sejarah yang dipamerkan ada suara rekaman dalam bahasa Indonesia  mengenai sejarahnya dulu yang lebih lengkap dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Selain itu di beberapa bagian benteng juga ada yang kebersihannya harus lebih ditingkatkan karna ada sampah dan tulisan graffity di dindingnya :) Kalau dengan meningkatkan harga masuk dapat meningkatkan kebersihan, I'm sure semua turis ga akan keberatan :)


Sampai ketemu di cerita museum-museum lainnya :)




Trip ke Jepang dengan Budget 10 Juta-an

Mungkin banyak yg bisa lebih hemat, tapi bisa trip  sendiri ke Negeri Sakura dengan budget 10 jutaan aja saya udah seneng bangett *insert em...