Thursday, May 3, 2018

Sebuah Nasihat Singkat Pernikahan dari Paman ; jalan menuju sakinah mawadah & warohmah

Sebuah Nasihat paman tentang pernikahan di era milenial.
.
.
Usia paman belum terlalu tua, masih paruh baya. Jumlah anaknya yang jelas lebih banyak dariku dan jumlah istri Insha Allah selamanya satu. :p Paman orang yang kalem, baik dan soleh. Karna itu ia sering diminta nasihat dalam berbagai hal, tak terkecuali tentang pernikahan. Saat sebelum aku menikah aku minta nasihatnya, kakakkupun begitu dan yang terakhir ini adalah adikku. Aku bersyukur adikku mengajaknya ke rumah untuk diminta nasihat tentang pernikahan, karna akupun sudah mulai lupa essensi dari pernikahan..padahal belum juga 9 tahun menikah.. -ah namanya juga manusia tempatnya khilaf dan lupa. Yang akhirnya kusadari adalah nasihat pernikahan ini datang di saat yang tepat, bukan hanya untuk adikku yang mau menikah, tapi untuk kami semua yang mendengarkan.

Jadi kira kira begini nasihat paman kepada kami :

Menikah itu Tanda kebesaran Allah

Allah menjadikan kamu berpasang-pasangan..ada siang ada malam, dst. Yang tidak ada pasangannya hanya Allah..
Mengapa menikah itu tanda kebesaran Allah? Karna dimulai dari pertemuan, yang sudah sesuai kehendak Allah, dan yang akhirnya menyambungkan perasaan itu Allah dan yang menyatukan dua hati manusia juga Allah.
Kalau Allah tidak izinkan ga akan menyatu hatinya. Maka ketika dua hati itu menyatu sudah tanda kebesaran Allah.

Kemudian ia bertanya, "Kenapa kita harus berumah tangga? "

Berumah tangga itu salah satunya supaya kita  merasa tenteram.
Pesan Rasul saat ada sahabat hendak menikah : (Menikahlah dengan yang)
Kalau kamu melihat ada 'setrumnya' kl saat melihatnya tidak ada 'setrumnya'  ya jangan..(whaa chemistry pun ada sejak jaman Rasul)
Karna 'chemistry' itu Aselinya getaran ruhaninya sama.
Siapa yg menikah krn Allah sempurna separuh agamanya

Menuju Sakinah Mawadah Warohmah 

Org bisa baik/ tidak baik karna nafsu atau emosi diri. Jadi saat kita menikah, nafsu sudah tertutup.
Tinggal emosi yang belum tertutup, jadi kita harus belajar sabar.
Dan belajar menahan amarah dan menahan emosi dalam pernikahan itu yg dimaksud sakinah.

Mawadah keindahan yang sifatnya biologis --> seperti cinta anak ke ortu
Wa Rohmah itu cintanya ortu ke anak yg ga butuh sesuatu (ga mengharap something in return, hanya cinta)
Keluarga itu istimewa kalau sudah pandai saling memenuhi.

Berkeluarga itu bertahap
1. Fase honeymoon - masih shock ..apa saja baik dan semua kliatan baik dari pasangan . Fase ini ga lama.
2. Fase identifikasi - mulai kliatan perbedaan suami istri yg diikuti oleh egoisme masing-masing.. mulai kliatan celah dan keburukan.
Kalau ga saling memaafkan gawat. Bekal di fase ini sabarr sabaar sabaar..kalau ga sabar disini nanti ga dapet sakinahnya. (Ayoo apa tadi itu sakinah xD) .
Fase ini bisa lama, kadang 20 thn blm ketemu titik keseimbangan.
Bila belum ketemu keseimbangan berarti masih Cinta egois ; cinta diri sendiri

Jadi senjatanya pernikahan apa? Sabar.
Orang jadi baik itu butuh waktu.
Istri solehah itu hasil didikan suami dan
Suami soleh itu hasil karya istri.

Jangan melihat kekurangan pasangan karna - itu penyakit. Stop membandingkan pasangan dengan orang lain di detik kamu sudah ijab kabul.
Kalo kamu hanya liat buruk buruknya pasangan ya ga bakal jadi sabar.


Selain itu, bagaimana menimbulkan kebahagiaan yang kontinyu dalam pernikahan? Saat suami berpikir dan bertindak bagaimana menyenangkan hati istri dan sebaliknya

3. Fase Mencintai karna Allah 

Fase terbaik. Bila dalam pernikahan pasangan bisa membalas besarnya cinta kita ya Alhamdulillah tapi kalau tidak bisa bales ya juga Alhamdulillah, yg penting semua karna dan untuk Allah. Kita hanya cari prestasi dan ridho dari Allah.
Apabila ada konflik kecil dengan pasangan coba suami Ngalah aja.. karna kalau toh Kita menang argumen dari istri ya ga ada yg dibanggakan dan kalau  kalah argumen dari istri ya ga ada yg malu wong istri sendiri.

Terakhir,
Minta ke Allah tiap bada salah

Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yunin waj-’alna lil-muttaqîna imama.
Artinya, "Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Al-Furqan: 74).

Tak terasa dua jam berlalu dan berakhir pulalah sesi nasihat dari paman karna paman harus memberi kajian di tempat lain. Oiya kalau ada yang kenal, pamanku ini namanya Ustad Dr. Akhmad Shodiq. Beliau bukan paman kami secara biologis, tetapi sudah kami hormati layaknya paman kami sendiri. Semoga nasihatnya dapat selalu kami ingat dan kami kami amalkan, and last but not least, semoga tulisan ini bermanfaat untuk semua yang membacanya dan kita semua dapat memiliki keluarga yang sakinah mawadah dan warohmah. Aamiin YRA.








No comments:

Trip ke Jepang dengan Budget 10 Juta-an

Mungkin banyak yg bisa lebih hemat, tapi bisa trip  sendiri ke Negeri Sakura dengan budget 10 jutaan aja saya udah seneng bangett *insert em...