Konsep Ketuhanan : Keberadaan Tuhan itu Nyata? –Sebuah rangkuman
dari workshop Living Quran untuk orang tua generasi Z
Sebuah tulisan untuk orang tua dan pendidik yang ingin mengenalkan konsep Tuhan pada anak.
Tuhan itu ada ga sih? Tuhan itu dimana? Bentuknya seperti
apa? Kalau dia ada diatas kenapa katanya dia ada dimana mana? Dan kalau dia
katanya lebih dekat dari urat nadi kita, berarti dia dimana?
Saya yakin, banyak orang tua yang mendapatkan pertanyaan
seputar keberadaan Tuhan. Hal inilah yang membuat saya memilih untuk mengikuti
seminar “Keberadaan Tuhan itu Nyata?” yang diselenggarakan oleh Living Quran
bersama Kampus Guru Cikal.
Di awal seminar, kami diperlihatkan sebuah video mengenai
temuan CNN di Amerika bahwa semakin banyak generasi mudanya yang tidak memiilih
jalan untuk menjadi religius dan semakin tidak percaya pada Tuhan. Oleh moderator kami
ditanyakan jadi apa kesimpulan yang dapat diambil dari video ini?
Salah satunya, tentu, bahwa internet dan lingkungan berperan sangat besar
dalam keputusan mereka tersebut, tapi yang membuat saya agak tergelitik adalah
bahwa salah satu peserta seminar menyatakan bahwa ini hanya terjadi di Amerika
dan ga akan terjadi di Indonesia.
Well..kata siapa? J
justru salah satu penyebab utama saya sampai tertarik mengikuti seminar ini adalah karena sudah mulai ada rekan-rekan yang
secara jelas menyebutkan saat ini ia telah menjadi 'non believer' dan atheis, padahal
tadinya dia bersekolah di sekolah yang berbasis agama kuat, bukan sekolah umum. Hal
ini yang menyebabkan saya berpikir, walaupun iman pasti naik turun, pasti ada
sesuatu yang harusnya dipegang kuat oleh seorang anak agar dia kedepan tidak
berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada (well, kalau kita mau mereka berpikir
demikian ya).. so here it is.. rangkuman dari yang saya dapatkan saat seminar bersama Living Quran, dan dua pengajar UIN yang sedang mengambil gelar doktor:
So Taqwa is the objective of religiousity, it consists of :
right faith, love of God and rituals.
Agar orang tua dapat mengajarkan mengenai ‘Tuhan’ kepada
anaknya, harus ada sejumlah KONSEP yang ia juga harus pahami:
a.Konsep Ketuhanan
b.Konsep Ibadah
c.Konsep Khalifah
d.Konsep Ilmu
e.Konsep Rahmat
Selain itu, juga perlu adanya : Pendekatan Positif dan Metode
Efektif
Konsep Ketuhanan yang utuh.
Bahwa keyakinan itu sifatnya aksiomatika dan dalam Islam
disebutnya akidah.
Anak harus punya kecerdasan spiritual yang didapatkan dari
praktek lingkungan dan orang tuanya, karena pemahaman anak terhadap Tuhan
dilihat oleh mata seorang anak dari praktek sesuai lingkungannya. Itulah yang
selalu disebut oleh orang dulu : It takes a village to raise a child.
Maka itu baik ortu maupun anak juga harus banyak membaca,
seperti ayat pertama yang diturunkan : Iqro! Bacalah dengan Nama TuhanMu yang
Maha Pencipta
Keteraturan di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Dan “Iqro”
adalah tahapan keyakinan bahwa Allah itu nyata.
Pendekatan Positif
“Ajari anak-anakmu karena mereka akan ada di suatu zaman
yang berbeda denganmu”.
Karakter anak itu berbeda-beda, sehingga mengenalkan dia kepada
Tuhan dan Al Quran juga berbeda, dan yang paling tahu mengenai karakter anaknya
tentunya adalah orang tuanya sendiri. Ada anak yang dapat mudah paham mengenai
konsep KeTuhanan, bahwa kitalah yang butuh Allah dan bukan Allah yang butuh
kita, tapi ada juga yang harus dijelaskan dengan pengenalan ‘reward and
punishment’ terlebih dahulu yaitu nikmatnya surga dan hukuman di neraka baru
dia dapat ‘mengenal Tuhan’. Tidak ada cara yang dapat diklaim lebih baik,
sekali lagi, karena karakter anak berbeda-beda.
Walaupun demikian, tetap saja kita harus memegang prinsip Allah
itu indah dan menyukai keindahan, sehingga menunjukkan sisi “punishment” dari
Allah itu harus diminimalisir kepada anak. Sama seperti
sebuah hadits yang menyebutkan bahwa nabi Muhammad SAW tidak pernah membaca
surat Al Lahab pada saat memimpin shalat selama hidupnya, karena tidak ingin
menonjolkan ‘sisi keras’ tersebut.
Satu lagi yang juga perlu diingat oleh orang tua, bahwa Al
Quran saja turun dalam waktu 23 tahun, segalanya butuh waktu, sehingga memberi
ilmu kepada anak juga membutuhkan waktu dan melihat kondisi saat memberikan
ilmu tersebut. Kita harus proporsional dalam memberikan sifat jamaliyah dan
jalaliyah Allah dan sesuai kondisi.
Jadi, merangkum seminar ini :
1.
Kita harus mengasah kesadaran spiritual anak
melalui praktek keseharian.
2.
Kita dapat memberikan kesadaran spiritual anak
mengenai ke-Tuhanan melalui contoh contoh alam semesta.
3.
Kita sendiri sebagai ortu juga harus berakhlak
Qurani.
4.
Memberikan pemahaman bahwa kita yang membutuhkan
Allah dan bukan sebaliknya.
5.
Selalu mengasah kecerdasan kita juga dengan
membaca.
6.
Sabar dalam mengajarkan dan menghadapi anak,
karena semua proses dan niat baik butuh waktu.
7. Ikhlas, dengan :
7. Ikhlas, dengan :
Mendoakan anak dan murid kita (apabila kita
guru) setiap hari , membacakan Al Fatihah untuk mereka agar dapat menyerap ilmu yang
terbaik dan diridhoi Allah, agar mereka menjadi manusia yang diridhoi Allah sepanjang hidupnya , dan the rest biarkan universe yang menjaga mereka.
lebih kurangnya saya mohon maaf, apabila ada kekurangan pasti dari keterbatasan saya sebagai manusia dan semoga ada yang dapat memetik manfaat dari tulisan ini.